“Cinta”. Kata yang tak
asing lagi didengar. Malah mungkin menjadi kata yang manis didengar,apalagi
bila disertai kata “Pacaran” atau “Relationship”. Kata-kata yang dibilang manis
ini biasanya berbunga mekar Mpada
kalangan remaja,khususnya pelajar SMP atau SMA,anak SD pun sudah mulaii
mengenal kata ini. Maklum saja,hampir setiap saat kata ini selalu nongol di
media masa. Entah itu film,sinetron,novel,sampai lagu pun isinya cinta semua.
Kenapa, setiap hal yang berkaitan
dengan cinta,pacaran,atau pujaan hati tidak pernah absen dalam kehidupan ??? padahal istilah pacaran itu tidak ada
dalam kamus Besar Agama Islam.
Zaman sekarang,sudah mulai ada
yang berdalih dengan istilah pacaran ala Islam ?. Yang gimana sich, pacaran ala
Islam itu?” Kalau tengah malam,si Akang suka bangunin buat shalat tahajud. Itu tandanya
dia itu sayang,makannya dia ngajakin beribadah,”gitu katanya.Padahal kalo emang
ngajak beribadah,kenapa Cuma ke satu orang ?
Lagian emang abis itu bakal basa tahajud dengan khusyu ? Jangan-jangan
yang ada pas sholat,bukannya mengukir nama Allah dalam hati malah wajah si dia
yang terus teringat. Na’udzubillah min dzalik.
Tuh kan,padahal ngga bertatap muka
langsung,tapi tetep aja bias mengundang dosa. Coba bayangkan bagaimana jika
melakukan kontak langsung ? Dosa yang bagaimana lagi yang akan ditimbulkan ?
Zinah hati yang memang sudah pasti ada,hati yang berzinah memikirkan dan
melamunkan terus si dia. Kemudia zinah telinga,yang setiap kali dilakukan saat
mendengar suara merdunya. Terus zinah lidah,yang digunakan untuk mengeluarkan
kata-kata rayuan. Zinah mata,dengan melihat foto si dia untuk mengobati rasa
rindu atau digunakan untuk memandangi terus si dia saat berada di dekatnya.
Ditambah lagi dengan zinah kaki,kaki yang digunakan untuk pergi menemui dia
sama aja dengan zinah. Apalagi bila sampai tangan mulai beraksi,maka
Na’udzubillah,dosa yang bagaimana lagi yang akan datang ?
Sudah tahu kan pacaran itu dosa.
Tapi kenapa masih dihanggapi juga ? Jika dosa seperti pacaran itu masih saja
dilakukan dengan senang hati,maka apa bedanya dengan lalat yang selalu menghinggapi
kotoran ? Lalat itu bias menjadi biangnya penyakit. Seperti halnya orang yang
berpacaran,tapi kemudian melewati batas hingga akhirnya menjadi aib bagi
dirinya dan keluarganya. Na’udzubillah !
Berbeda halnya dengan kupu-kupu.
Awalnya hanya seekor ulat yang menjijikan. Kemudian bersabar dan berpuasa
didalam kain sutra yang terbungkus dengan indahnya lalu menjadi kupu-kupu yang
cantik. Kupu-kupu yang selalu berguna untuk penyerbukan di setiap dia hinggap.
Walaupun awalnya dikatai “tidak
laku” lantaran tidak pacaran,tapi jika tetap menjadi diri sendiri,dan tidak
memperdulikan perkataan yang tidak selayaknya untuk didengar. Maka Insya Allah
bias menjadi kupu-kupu yang bias melahirkan karya untuk memotivasi orang lain
agar membuat orang bangkit dan melakukan hal yang lebih positif. Bukan malah
membuat karya yang isinya cinta dan mambuat orang lain semakin terjerumus
dengan cinta.
0 komentar:
Posting Komentar